HEAVENLY PEACE

HEAVENLY PEACE

Senin, 30 Maret 2009

Bagian kelima - LONG ROAD IS FINISH

Rasa sesak menjejali dadaku...aku terdiam mengikuti arah hatiku berbicara...aku takut Tuhan...sejujurnya aku takut, apa aku bisa mengakhiri semua ini?

Sudah sekitar 2 bulan mami dibebaskan dari proses kemoterapi, alasan dokter adalah untuk istirahat agar badannya kembali pulih, dan bisa melakukan proses kemoterapi selanjutnya, maka dokter pun menganjurkan mami untuk senang - senang, happy - happy, dan hebatnya dengan kondisi serba tidak enak, mami bisa menghadiri resepsi perkawinan dari sepupu, yang waktu itu dilaksanakan di Pekalongan, itulah mami selalu bisa membagi waktu dan dalam keadaan sakit pun bisa mempersiapkan baju yang ingin digunakan dan juga sempat membeli wig baru, aku senang melihat nya tertawa, kumpul - kumpul dengan keluarga, melihatnya semangat, rasanya hilang semua sakitnya, walaupun aku tidak yakin seratus persen rasa sakit itu tidak lagi dirasakannya, namun terima kasih Tuhan Engkau memberikan kesempatan ini untuk mami tertawa, dan mengurangi beban nya meskipun aku tahu hanya sedikit.

Hari itu, aku tidak ingat kapan tepatnya, sekitar bulan juni menjelang ulang tahun ku yang ke 22, keadaan mami sedikit memburuk, sehingga aku tidak merencanakan ulang tahun ku sama sekali, aku hanya berdoa semoga mami cepat sembuh, aku tidak tahu apakah aku cukup egois untuk meminta itu sama Tuhan, tapi hanya itu yang bisa aku lakukan, aku masih membutuhkan mami.


Akhirnya perut mami tidak kunjung mengecil, cairan itu masih terus ada dan semakin banyak, penyedotan tidak banyak membantu, karena ternyata di usus pun sudah terlihat ada spot - spot kanker, makin hari makin terlihat kondisi mami benar - benar menurun, karena untuk makanpun sangat sulit, bawaan nya ingin memuntahkan semuanya, rasanya enek, ga keruan, pengen muntah, itu yang selalu mami ucapkan ketika menelan suatu makanan. Aku semakin tidak tega melihat nya seperti itu, rasanya setiap aku makan makanan enak aku selalu ingat mami tidak bisa memakan makanan tersebut dengan nyaman, pasti rasanya menyakitkan di perut, dan akhirnya keluar.

Pada hari itu, sekitar bulan Juli akhirnya mami memutuskan untuk mengecek lagi keadaan ke Singapura, disana dia harus menjalani kemoterapi lagi, dan proses kemoterapi tersebut sedikit membantu mami untuk bertahan, namun setelah kembali ke Indonesia untuk menjalani proses kemoterapi kedua lagi mami diharuskan untuk menginap sekitar 3-4 hari, disinilah kondisi mami menurun drastis, dari yang ketika pergi ke singapura masih bisa jalan sendiri, makan sendiri, sekarang harus menggunakan selang infus untuk makan, dan makanan yang dia makan secara oral harus dibuang nya melalui pembuangan kateter yang sudah dipasang ketika sampai ke Indonesia, boleh percaya atau tidak sebenarnya ketika di Singapura dokter sudah mengatakan bahwa harapan untuk bertahan itu sudah kecil, maka waktu itu dia menganjurkan untuk berhenti kemoterapi, karena kondisi badan mami sebenarnya sudah tidak bisa menerima obat kimia.

Mami akhirnya dibolehkan pulang ke rumah, dengan syarat harus mencari perawat karena mami harus digantikan setiap beberapa jam sekali, dan juga makanan yang masuk dari oral harus dikeluarkan lewat kateter, mandi, dengan kondisi perut yang membesar, untuk berdiri pun sudah susah, untuk buang air kencing seminggu pertama mami masih bisa melakukannya di kamar mandi, minggu kedua dan ketiga, mami sudah tidak bisa, karena perut nya semakin membesar, setiap aku pulang, aku hanya bisa menemaninya, aku kadang hanya bisa menghiburnya dengan menceritakan hal - hal lucu yang terjadi, dan pasti mami meminta aku untuk memijat bagian belakang tubuhnya, karena sudah lama tiduran mami merasa pegal, setelah itu mami baru bisa tidur, tidak jarang aku menangis ketika memijat mami, karena bagian belakangnya sudah terlihat hitam bercak - bercak, karena penggumpalan darah.

Dari semua ini, satu hal yang paling aku ingat, mami paling suka disemprot mukanya, katanya enak dingin, dan mami selalu tertawa ketika aku melakukan itu, aku ingat di minggu - minggu terakhir mami meminta untuk mencampurkan air semprotan itu dengan minyak wangi, agar mami tidak perlu mandi lagi sudah wangi katanya. Semakin hari kondisi mami semakin menurun, karena tidak ada makanan yang bisa masuk lagi, hanya semua berbentuk cairan, dan itu pun harus dikeluarkan lagi, jadi hanya numpang lewat saja.

Mami sudah beberapa kali mendapat sakramen penguatan atau perminyakan, dan kalau mami ditanya oleh Romo ada yang ingin disampaikan, mami selalu menjawab "aku ingin sembuh, biar bisa ngelewatin ulang tahun ku tinggal sebentar lagi", ya mami ulang tahun tanggal 12 oktober, miris rasanya mendengar itu, semangat hidupnya benar - benar besar, saat itu aku lihat sebuah buku doa yang aku tidak pernah sentuh itu sama sekali, padahal itu ada di kamar ku, aku buka dan ternyata ada doa mujizat, aku tidak tahu apakah itu bisa berhasil atau tidak, aku meminta yang terbaik untuk mami, setiap hari, setiap saat ketika aku bisa.

Tuhan...kanker itu menyebar sangat cepat...

Hari itu, selain keadaan mami yang menurun, kondisi ingatan nya pun mulai menurun, terus terang saat ini adalah masa - maa yang paling sulit untuk aku dan papi, karena kami terus - terusan bergantian menjaga mami, karena satu suster sudah tidak sanggup untuk mengangkat mami untuk duduk, dan hari itu juga terjawab semua karena mami selalu punya kegiatan rutin untuk minum obat, bangun dan memijat bagian belakang, gosok gigi, lap muka, dan kumur - kumur, hari itu juga mami mengulang kegiatan itu sampai berulang - ulang, baru merebahkan diri beberapa menit, mami minta untuk bangun, minta untuk kumur - kumur, sikat gigi, dan lain - lain dan itu berulang ulang, dalam dua hari mami seperti itu, aku hanya bisa menangis dalam hati, aku dan papi bersepakat untuk tidak tidur menjaga mami, karena 1 x 24 jam seperti itu, gusar, dan mengulang kegiatan itu, itu disebabkan karena cairan kanker sudah menjalan dengan cepat.

Sudah...aku sudah merelakan nya...satu yang aku ucapkan dalam doa mujizat ku, Tuhan aku serahkan mami seutuhnya, aku mohon satu hal, jangan ambil mami dalam kondisi seperti ini...

Ternyata beberapa hari sebelumnya, mami sudah memanggil papi, mama ( kaka papi ), dan satu sepupu aku yang tinggal di rumah saat itu, mami mengurutkan semua yang diperlukan untuk mempersiapkan kepergiannya, mami sudah membeli makamnya sendiri di San diego Hills sekitar setahun yang lalu, mami sudah membuat daftar list siapa yang nanti make up, siapa yang nanti mengatur kembang, siapa yang nanti memimpin ibadah, warna peti, gaun yang digunakan ( karena harus dibesarkan, mengingat kondisi perut membesar ), disemayamkan dimana, dekorasi bagaimana, makanan untuk tamu tidak boleh kurang, MC siapa, dan mami selalu mengingatkan kalau di peti nya harus ditaburkan kopi dan teh yang banyak, karena mami takut perutnya meledak dan cairan itu membuat bau, kata mami malu, sedih rasanya seperti disayat harus mempersiapkan semua itu sedangkan mami masih ada di kamar itu, semua aku persiapkan, mama sudah membesarkan gaun pilihan dan juga sudah di dry clean, aku punya tugas untuk memasukan semua baju yang akan dibawa ke peti, tegar, itu kata yang tepat untuk mempersiapkan semua itu, rasa hatiku campur aduk, entahlah, rasanya aku bisa mengingat hari itu seumur hidupku, semua sudah siap, dan aku sudah berencana untuk mengajukan ijin di universitas ku.

Hari itu, tanggal 26 agustus 2008,
Hari itu, mami menunjukan sesuatu hal yang berbeda dari biasanya, rasanya sudah seperti tidak ada sakit sama sekali, kalau ditanya rasanya apa, mami hanya menjawab sakit lehernya kering, mau minum terus, ya sudah semakin dekat itu rasanya dihatiku, entahlah hanya ada perasaan damai di hatiku saat itu, Tuhan memberikan sesuatu mujizat yang luar biasa dalam hidup ku, hari ini mami kembali seperti semula, tidak sakit, bisa duduk dengan mengangkat badan sendiri, rasanya semua nya indah, satu yang aku lihat dari mami, sesuatu yang indah, mami tersenyum dan tertawa sangat lepas hari ini, penuh sukacita, aku, papi, bisa mengobrol dengan mami, dan saat itu aku sadar, itulah yang Tuhan kabulkan mujizat bukan berarti mami sembuh, tapi di akhir hidupnya mami bisa merasakan sukacita yang luar biasa, dimana keluarga berkumpul bersama, hari itu penuh tawa dan canda.

malam hari sekitar jam 11, mami memanggil papi dan aku, dia mau bercerita sambil tertawa bahagia mami menceritakan sebuah kisah, " papi, nik, mami baru aja ketemu Tuhan, Dia dateng waktu mami tidur tadi, Dia mengatakan sesuatu kalau besok adalah hari penentuan mami, ibaratnya hidup mami itu pertandingan, dan besok itu penentuannya, kalau mami sudah bisa menyelesaikan pertandingan itu, mami pergi, tapi kalai dianggap belum menyelesaikannya, mami akan sembuh total " setelah bercerita mami meminta untuk dimandiin paginya, sikat gigi, pokonya mau dipanggil secara bersih total, dan dia mau Tuhan Yesus sendiri yang memanggilnya, karena dua hari sebelum hari ini mami berada di situasi yang sangat tegang, dimana di penglihatan mami setan ada dimana - mana, mau mengambil mami, semua doa - doa yang kami haturkan di kamar bersama - sama tidak ada yang selesai, karena mami pasti marah, pergi, terus mengatakan sumpek sekali kamar ini, terlalu banyak orang, aku dan papi kebingungan, akhirnya besok paginya mami menceritakan bahwa semalam mami sedang perang melawan setan, banyak sekali setannya. sekitar pukul 02.00 dini hari, mami mengatakan ada malaikat datang tapi hanya menoel mami saja, tanda bahwa belum saatnya, begitu juga pagi hari jam 05.00 juga ada kejadian seperti itu.

27 Agustus 2008, pagi - pagi mami meminta beberapa saudara untuk datang, dengan alasan yang aneh sebenarnya, namun saudara datang, juga beberapa teman untuk datang, waktu itu teman yang mami panggil adalah Reny Ateng, istri dari Ateng si pelawak itu, merupakan teman baik mami, waktu itu mereka mengobrol, dan juga tante reny mengajak mami untuk menyanyikan sebuah lagu, Kasih dari Surga...itu lagunya, dan mami menyanyikan itu dengan sukacita. Hari itu saudara - saudara dekat sudah dengan sendirinya berkumpul, aku disuruh mami tidur, karena memang aku tidak tidur selama 3 hari berturut - turut, dan aku bangun karena ada teman dan saudara - saudara datang, waktu itu sekitar pukul 11.oo tiba - tiba tekanan darah mami menurun drastis, dan mami megap - megap, mata sudah naik, dan sulit sekali bernapas, karena cairan itu sudah naik ke tenggorokan. sekitar 2 jam prosesnya mami seperti orang koma.

tekanan darah 40...20...10...5...0...selamat jalan mami...

aku satu - satu nya orang yang ada disampingnya memegang tangannya ketika mami pergi, mami pergi dalam damai, mukanya berseri -seri, tenang sekali, lantas aku mengecupnya dengan sukacita untuk terakhir kalinya, begitu juga papi, dan mendoakan bapa kami, salam maria, kemuliaan agar jalannya mulus bertemu dengan Bapa. Satu hal yang aku yakin saat itu, mami bahagia karena Tuhan Yesus sendiri yang menjemputnya...

Disini aku menyadari, bahwa proses kematian bukanlah hal yang harus ditakuti, karena apabila semua sudah di siapkan, pasti akan berjalan lancar dan penuh suka cita...semua berjalan sesuai rencana hari itu, 2 hari mami disemayamkan di dharmais, dan dimakamkan di San Diego, tempat yang mami pilih sendiri untuk peristirahatan terakhirnya....

mintalah maka Kau akan Kuberi...itu janji Tuhan...AMIN...

Bagian keempat - HARD MOMENT

Kami kira semua itu sudah selesai...tapi...TIDAK...cobaan masih banyak yang menghadang kami...Tuhan apa rencanaMu dibalik semua ini? akankah kami kuat? akankah semua akan kembali seperti semula?


Aku tidak mengerti dengan semua ini, semua nya berjalan dengan cepat, terasa menyesakkan, kami jalani hari dengan was - was, namun tanpa lupa doa Tuhan selalu menyertai keseharian kami...Penyakit itu kembali datang, kanker yang dulu sudah diangkat dan dianggap sudah mati, kembali nakal dan menyeruak tubuh mami.


Saat itu, Jakarta sedang dilanda banjir besar, sebagian wilayah kota Jakarta tertutup oleh air dan daerah rumah kami memang tidak pernah luput dari banjir itu. Kampung Melayu merupakan sebuah wilayah di Jakarta yang sangat strategis untuk mendapatkan banjir, dan juga kalau kita melihat di headshot depan koran, terpampang lah jelas air kali ciliwung yang terletak di belakang kompleks perumahan kami sudah naik di ketinggian yang cukup berbahaya, sekitar 2 - 3 meter. Rumah - rumah di kompleks bagian depan sudah terendam, Puji Tuhan rumah aku tidak pernah terkena banjir, karena memang lokasi nya lebih tinggi dibanding yang lain. Tapi terus terang banjir juga yang menyelamatkan mami dari ancaman keterlambatan vonis, sekali lagi rencana Tuhan selalu mengejutkan dan selalu tepat pada waktuNya dalam hidup kami.


Hari itu, ketika sekitar 2 hari setelah banjir besar, komplek perumahan kami masih tergenang air cukup tinggi, dan banyak orang - orang saling bahu membahu untuk menolong orang - orang atau kerabat dekat dengan memberikan pertolongan seperti air bersih, makanan, pakaian, dan lain - lain, begitu juga mami. Seperti cerita ku sebelumnya, mami termasuk orang yang sangat perduli pada lingkungan, hari itu mami sedang ikut turun tangan ke tempat temannya, dan satu hal yang mami mau lakukan adalah mami masuk ke air, dimana saat itu air nya mencapai ketinggian pinggang mami.


Kukira ini semua tidak ada apa - apa, yang aneh beberapa hari setelah itu, mami merasakan perutnya kembung dengan air, dan kadang membuat mami sulit makan, karena air itu mendesak ke atas badan, dan menjadikan seperti angin yang harus dikeluarkan, dari situ mami beberapa hari sakit, hanya terlihat seperti seseorang yang masuk angin saja, gejalanya memang persis seperti itu, kalau aku bilang saat itu mami seperti kesambet banjir.


Kami menanggapi semua itu biasa saja, sampai beberapa minggu ternyata kondisi mami tidak membaik, malah menjadi semakin sakit perutnya, tapi sebatas seperti orang masuk angin, melilit, ingin buang air besar, namun tertutup oleh angin di perut. Akhirnya mami memutuskan untuk ke dokter internis dan dibilang itu hanya air saja, kami sekeluarga sepakat hanya berobat dan melakukan pengobatan alternatif ke beberapa Romo yang cukup terkenal, ada seorang Romo saat itu mengatakan hal yang sama seperti itu, kalau mami kesambet banjir, akhirnya di terapi air saja, dan dia mendoakan air itu, mungkin buat aku atau papi minum air satu hari beberapa botol itu hal yang mudah, tapi untuk mami itu hal yang sulit, karena mami memang tidak begitu suka minum, dan kuantiti air yang dia minum memang sedikit, akhirnya mami stop dari pengobatan alternatif itu, dan akhirnya dengan kondisi yang tidak kunjung membaik parah terlihat karena perut mami semakin lama semakin membesar, seperti ada cairan yang memenuhi perutnya keras menakutkan, akhirnya kami memutuskan ke singapura untuk pengobatan yang lebih maju.


Kami hanya menyerahkan semuanya kembali lagi kepada Tuhan, dengan semua kekurangan kami hanya menjalankan saja. Ternyata beberapa hari di Singapura menunjukan hasil, bahwa ternyata ada spot cancer atau titik - titik berupa dot di sekitar paru - paru, mami kembali terkejut, apalagi ini? cobaan apalagi? mengapa tidak ada habisnya? sampai kapan semua ini harus terjadi? pertanyaan itu berkecamuk di dada mami, dan akhirnya untuk pertama kalinya mami dihadapkan dengan kemoterapi yang sebenarnya karena terdiri dari berbagai cycle dan obat yang digunakan menggunakan teknik coba - coba, dimulai dari yang kadar rendah, sampai kadar tinggi.


Kemoterapi merupakan pengobatan untuk kanker, dimana tubuh kita seperti di BOM oleh cairan kimia, prosesnya hanya dimasuki lewat infus, namun dampak dan efeknya benar - benar membuat kondisi tubuh manusia itu menurun jauh, kadang yang membuat penderita kanker itu meninggal atau menyerah adalah karena spirit dan semangat dalam diri menurun jauh, dan kondisi kesehatan akan sangat terpengaruh, namun itu semua tidak berpengaruh untuk mami, mami semangat mengikuti proses kemoterapi, memang untuk saat itu dibatasi hanya 3 cycle saja, dan semuanya berjalan dengan lancar, kemoterapi pertama dilakukan di Singapura, terima kasih Tuhan proses kemoterapi bisa mami jalani dengan baik, tanpa ada sakit dan tidak terasa apa - apa buat mami, tanpa muntah, tidak rontok, dan mami semakin segar.

Oh Tuhan...satu mujizat lagi sangat nyata dihadapan kami, MAMI SURVIVE...

Proses kemoterapi yang suda dijalankan, ternyata tidak hanya membuat spot cancer itu mengecil, ada yang mengecil ada juga yang bandel merajalela, mami terus menjalani kemoterapi itu, dan proses kemoterapi itu dilakukan di Jakarta, disebuah rumah sakit kanker Jakarta, dengan pemikiran, kalau dilakukan di Indonesia, maka kerabat, family bisa menjenguk dan yang paling penting adalah bisa menemani secara bergantian, karena proses kemoterapi hampir memakan waktu 7 - 8 jam, jadi bisa dibilang mami seperti rawat inap. Mami tidak gentar sama sekali menjalani semua itu, perlahan - lahan mulai terlihat kondisi nya sedikit menurun, paling menyedihkan adalah melihat rambutnya untuk pertama kali rontok, mami menangis, mami ketakutan, karena bagi wanita rambut adalah salah satu mahkota yang menggambarkan keutuhan seorang wanita, dan mami harus merelakannya, aku sedih melihatnya menangis, menyalahkan dirinya, menyalahkan keadaan, paling aku ingat ketika sore itu mami menyisir rambutnya, dan perlahan - lahan rambut itu jatuh ke lantai, mami menahan tangis nya, namun akhirnya mami tidak kuasa menahannya, mami menangis sejadi - jadinya, hati ku miris melihat pemandangan seperti itu, tapi aku harus tegar, sumber kekuatan mami itu aku, aku satu - satunya yang bisa membuat harapan hidup mami menjadi nyata, dan mami mau terus hidup untuk aku. Tuhan aku tidak kuat...tapi aku harus kuat untuk mami...

Entahlah apa rasanya menjadi mami, aku tidak memiliki ide sedikitpun, rasanya pasti sangat menyakitkan, tapi disela - sela kesakitan, kesedihan, dan kerterpurukan seperti itu, Tuhan menyisipkan kebahagiaan, tawa, dan canda, yang membuat hari - hari kami menjadi lebih indah, dan kami bahagia menjadi sebuah keluarga yang selalu bersama di dalam badai kehidupan. Terima kasih Tuhan.

Hari itu aku mengantar mami ke salon khusus untuk membeli wig rasanya senang melihat dia memilih wig yang paling cocok dengan mukanya, akhirnya semangat dan tawanya muncul lagi, aku selalu menyisipkan berbagai lelucon untuk meringankan penderitaannya, aku paling senang melihat mami tersenyum, tertawa, terima kasih Tuhan untuk hal itu, aku yakin aku kuat, tidak ada yang akan pernah melihat aku menangis, aku menangis ketika aku sendiri, sering aku benar - benar pergi ketakutan, aku hanya menangis sejadi - jadinya, namun disaat aku kembali hanya ada senyum di bibirku, pilu, sesak rasanya, namun harus kulakukan, aku selalu ingat aku ini sumber semangat mami yang utama.

Hari berganti hari, proses kemoterapi itu tidak kunjung memberikan hasil maksimal, sampai akhirnya mami dan papi menghadiri doa kesembuhan dari Romo Yohanes, tapi apa yang terjadi diluar akal kami, bercak kanker yang terdapat di paru - paru hilang sama sekali, hanya saja sedikit kecil sudah merambat ke usus. Saat itu yang kami rasakan hanyalah sukacita, rasa syukur kami haturkan pada Tuhan, terimakasih Tuhan.

to be continued...

Minggu, 29 Maret 2009

Bagian Ketiga - CANCER NEVER DIES

Sulit...namun inilah hidup...



banyak yang sudah terjadi dalam hari - hari kami, memang tidak seindah dulu, namun kami disadarkan bahwa penyakit bukan akhir dari segalanya, ini pelajaran untuk aku untuk tidak menyia nyiakan hidupku.



Tanpa disadari, sudah hampir 13 tahun mami bebas dari penyakit yang mematikan itu sampai akhirnya yang tidak diinginkan kembali datang lagi, dengan peristiwa yang cukup mengejutkan dan sedikit aneh. Mami sudah menopause, dimana wanita yang sudah dalam fase itu sudah tidak dapat mengalami menstruasi, namun ada yang aneh mami temukan, yaitu bercak - bercak darah beberapa hari, sampai mami harus menggunakan softex.

Saat itu mami sudah curiga ada yang tidak beres dengan tubuhnya, dan dia cek ke dokter internis, dan OH GOD, sesuatu yang membuat kami shock datang lagi, mami divonis ada sel kanker di rahimnya. usut punya usut, ternyata bukan dari kanker yang saat 13 tahun yang lalu ditemukan, namun ini sel baru lagi yang muncul tiba - tiba, rasanya seperti dijatuhi batu dari langit, mengapa tidak ada habisnya penyakit dalam keluarga kami, dan penyakit yang kami dapatkan bukan penyakit yang ringan, akhirnya mami memutuskan untuk mengangkat rahimnya, dan lengkaplah kesedihan mami, sebagai wanita mami benar - benar sudah tidak lengkap, tanpa payudara, dan tanpa rahim, tapi satu hal yang aku lihat dari mami, kepercayaan mami terhadap Tuhan, dan kekuatan semangat mami untuk sembuh itu besar sekali, sekali lagi, kanker itu tidak dapat sembuh, hanya memperpanjang hidup.

Setelah beberapa kali mengecek dokter dan juga pengobatan, kami memutuskan untuk melakukan operasi pengangkatan di Indonesia, karena dari situ ada referensi dokter bagus referensi dari keluarga dekat, mami terlihat lebih tenang, karena ini bukan operasi pertama untuk mami, dan dengan tenang operasi itu dilakukan, dan beberapa hari mami dirawat inap di rumah sakit, dan akhirnya mami kembali lagi ke rumah.

tapi mujizat Tuhan itu luar biasa, Tuhan memberikan kesembuhan lagi sama mami, dan mami disarankan untuk kemoterapi setelah operasi pengangkatan, agar tidak terjadi penyebaran lagi disekitar organ, hanya beberapa kali saja sebagai pengganti radiasi.

Kami sekeluarga hanya manusia, apalagi mami, kami bukan keluarga munafik yang bilang tidak menyalahkan Tuhan, ya...kami menyalahkan Tuhan secara tidak langsung, kami marah, mengapa semua ini tidak ada habis - habisnya, kami letih, tapi dibalik itu semua Tuhan selalu punya rencana yang jauh lebih indah dan semua itu nyata.

Kami sekeluarga hanya bisa berdoa, Tuhan semoga sel kanker itu tidak datang lagi...
kami was was...

to be continued

Bagian Kedua - ANOTHER PROBLEM

Beberapa tahun kemudian, setelah semua nya telah kembali indah perlahan - lahan, mami mulai melupakan sakit nya, mami jauh lebih segar dibanding dulu, sekarang mami bisa kembali aktif lagi di berbagai sektor kehidupan, tapi...

ah, kebahagiaan itu mulai pudar kembali, papi tiba - tiba divonis penyempitan jantung, pertama hanya terlihat seperti orang maag saja, apabila kecapean gas didalam perut semakin banyak, dan maag itu naik, sehingga terasa menyesakan, dan beberapa dokter mengatakan itu hanya maag, sampai suatu saat, mami membawa mami ke dokter khusus jantung yang cukup terkenal di Jakarta, dan akhirnya di vonis penyempitan, setelah itu di check keseluruhan, ternyata banyak terjadi penyempitan, dan jalan satu - satunya adalah harus di operasi bypass.

Saat itu aku sudah cukup mengerti, karena aku sudah kelas 3 smu, namun satu yang sulit, saat itu penentuan aku ujian akhir, dan juga penentuan kemana aku harus memilih universitas. Sulit itu yang ada dikepalaku, tapi mami bukan lah orang yang melepas tanggung jawab meskipun pusing mengurusi papi operasi, mami tetap dengan setia membantu aku untuk mendaftar ke universitas, dan mendukung apapun yang aku lakukan, dan akhirnya aku berhasil melewati semua itu.

Untukku saja sudah sulit, apalagi buat mami, disatu sisi mami baru kehilangan engkong, ayahnya meninggal tiba - tiba, setelah itu harus menghadapi penyakit papi, bypass jantung bukan operasi kecil, itu operasi besar, dimana resiko kematian itu didepan mata dan besar sekali, namun sekali lagi Tuhan memberi keluarga kami mujizat. Disaat sulit seperti ini, Tuhan memberikan jalan disegala nya, keuangan, semangat, dan keutuhan keluarga kami. Semangat mami begitu besar untuk menghadapi semua ini, tanpa takut dan gentar mami selalu ada disamping papi dan juga aku, selalu...

aku sadar, ini lah yang disebut sempurna...

to be continued...

Kesimpulan

Kebahagiaan bukan sebuah modal untuk menjalani sebuah kehidupan, apabila kita bisa bahagia dalam kesedihan, makna hidup akan semakin nyata, dan semua nya akan terasa sangat sempurna...



Sempurna sebuah kata yang mudah untuk diucapkan, namun sulit untuk diraih.

namun ingat sebuah hal, Tuhan menciptakan kita itu sempurna, tanpa cacat, dan tanpa cela. sempurna bukanlah hanya dilihat dari fisik, dan bukan hanya dilihat dari rohani. sempurna itu berarti saling melengkapi. Dan tanpa kita sadari, sekalipun orang itu cacat secara fisik atau mental, kita itu tetap sempurna.



Kehidupan itu bisa diibaratkan seperti drama, ada beberapa babak kehidupan dari kita dilahirkan sampat kita dipanggil lagi. dan drama itu tidak bisa berhenti, terus berjalan tanpa bisa kita hentikan, terus mengalir. Dan manusia itu diibaratkan lakonnya, yang Tuhan taruh dimana Tuhan mau, dan terserah kita bagaimana menjalankannya, ada dua pilihan mengikuti Tuhan, atau menjauhi Tuhan. Semua nya tergantung dari kita, di babak kehidupan ini, kita mau menjadikan sekeliling kita musuh, atau menjadikannya teman. semua itu pilihan.



maka dapat disimpulkan bahwa kesempurnaan itu adalah sebuah pilihan. Dan pilihan itu melingkupi kebahagiaan dan kesedihan, melingkupi tangis dan juga tawa, karena dengan itu kita tau dan sadar bahwa hidup kita itu sempurna.


Kematian adalah bagian dari kehidupan selain kelahiran...kematian bisa datang kapan saja, maka dari itu daripada kita terus bertanya - tanya kapan, dimana, bagaimana? lebih baik kita mempersiapkan, bukan hanya batin kita, namun juga hal - hal kecil yang membuat kematian itu menjadi lebih mudah dan penuh sukacita, untuk kita dan untuk yang ditinggalkan...


Regards,
JANE KWEE


this all dedicated to beloved mom,
mami Anna Herawati

Bagian Pertama - Perfect family

Hidup ku sangat sempurna, dengan semua yang Tuhan berikan dari aku lahir sampai saat ini, aku tidak perlu meminta, semua sudah Tuhan sediakan untukku...

Aku lahir di keluarga kecil bahagia, tidak ada pertengkaran, tidak ada kebencian, hanya sebuah keluarga kecil sederhana dengan tawa yang selalu menghiasi hari - hari kami di rumah, saling support, saling share, ya bisa dibilang aku lahir di keluarga yang sempurna tanpa cacat sedikitpun, mami seorang ibu rumah tangga yang baik dalam segala hal, papi seorang karyawan yang bertanggung jawab, dan sangat ideal untuk dibilang kepala keluarga, kami menganut Yesus kristus, dan semua nya kami serahkan kepada Dia . Meskipun aku dilahirkan di keluarga kecil, tanpa kakak dan adik, aku bahagia karena relasi papi dan mami dengan kerabat dekat maupun jauh sangat baik.Ya, semua itu indah.

Tapi kesempurnaan itu tidak lah mudah, Tuhan mengubah semua kegembiraan kami dengan sekejap mata, mami dimana seorang ibu yang sangat mencintai keluarga, yang selalu bisa diandalkan untuk dan dalam segala hal, dan sangat aktif dalam setiap kegiatan rohani harus mengidap sebuah penyakit yang saat itu atau sekarang ini pun dibilang GANAS, ya..Tumor payudara, itulah pertama aku merasakan hidupku akan berubah, dengan melihat mami di vonis Tumor payudara, aku pertama kali melihat mami yang begitu kuatnya menjadi lemah tidak berdaya, pertama kalinya aku melihat mami yang biasanya hanya menangis karena aku nakal, atau hanya karena aku tidak menurut, tapi waktu itu, bisa dibilang DIA JATUH. berbagai kesedihan, umpatan, penyesalan, dan tangisan mulai mewarnai hari - hari kami, saat itu aku sering sekali melihat mami duduk sendiri dan menangis meratapi sakitnya.

Waktu itu aku masih kelas 3SD, dimana saat itu aku hanyalah seorang bocah yang butuh kasih sayang dari orang tuanya, seorang anak yang masih lugu untuk mengetahui bahwa ibunya terkena penyakit mematikan, saat itu juga merupakan saat pertama aku harus jauh dari orang tua. Papi memutuskan untuk membawa mami ke Belanda, dengan berbagai macam resiko dan juga pemikiran kacau balau yang hanya bisa kami sekeluarga bawa kedalam doa, saat itu juga lah aku baru menyadari doa bukan lah sebuah tanggung jawab, tapi doa hanyalah sebuah ungkapan bahwa kita membutuhkan Dia. Setiap hari aku berdoa untuknya, berdoa untuk kesembuhannya, berharap mami bisa kuat, dan sembuh, dan bisa kembali ke Indonesia secepatnya, karena jauh dilubuk hatiku, aku sangat membutuhkan nya.

Setelah itu, mami mulai diperiksa disana, muncul harapan untuk sembuh, namun pada saat yang bersamaan muncul pula ketakutan terbesar sebagai seorang wanita, karena hanya ada satu jalan untuk membiarkan penyakit itu tidak menjalar, yaitu mengangkat habis sumber nya, dan itu adalah payudara kanan mami. Tidak bisa dibayangkan betapa miris nya hati mami saat itu, belum selesai dengan vonis, mami harus menghadapi operasi dimana itu adalah pengangkatan sebuah organ tubuh yang sangat dibanggakan dan spesial buat seorang wanita. Tapi mami bukanlah orang yang memikirkan dirinya sendiri, disaat sakit seperti itu mami lebih memikirkan papi dan aku, yang ada di kepalanya saat itu " aku harus sembuh " maka operasi itupun dilakukan, dan puji Tuhan semua berjalan dengan lancar, dan Tuhan sangat melindungi mami.

Setelah mami pulang dari Belanda, aku merasa sedikit lebih hidup kembali, karena keluargaku kembali seperti semula, ada mami kembali kerumah dengan kondisi sangat memuaskan, hanya rasa sakit pasca operasi yang tidak dapat dielakan, karena memang sangat sakit, ditambah mami yang sebenarnya sedikit banyak belum bisa menerima secara penuh kondisi nya saat itu tanpa payudara kanan, namun satu yang aku salutkan saat itu, itu lah mami, dia menangis tapi dia selalu bangkit lagi, dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia akan baik - baik saja, karena mami punya papi, dan punya aku.

Seperti yang aku dan papi ketahui, mami bukan lah seseorang yang tidak perduli dengan kesehatan, mami itu seseorang yang sangat care dengan kesehatan, kesehatan pribadi, papi, dan juga aku, ga pernah lupa mami kontrol setiap bulan, cek kesehatan, dan lain - lain. Tapi itulah hidup, sehebat apapun kita menjaga diri, jika Tuhan memberikan cobaan, maka terjadilah menurut kehendakNya.

Aku tidak tahu dengan pasti, yang pasti saat itu mungkin banyak yang aku lewatkan, karena terus terang aku belum mengerti apa - apa, yang aku tahu hanya mami sakit, aku berdoa, dan aku yakin mami sembuh, dan Tuhan memberikan mujizat nya untuk pertama kali dalam hidup mami sangat nyata, MAMI SEMBUH...

Disini aku sadar, keluarga yang sempurna bukanlah keluarga yang hanya terlihat bahagia, terlihat rukun, terlihat baik - baik saja, namun ketika Tuhan memberikan cobaan hidup, kita bisa jatuh sama - sama, menguatkan sama - sama, dan bangkit bersama - sama.

to be continued...