HEAVENLY PEACE

HEAVENLY PEACE

Senin, 30 Maret 2009

Bagian keempat - HARD MOMENT

Kami kira semua itu sudah selesai...tapi...TIDAK...cobaan masih banyak yang menghadang kami...Tuhan apa rencanaMu dibalik semua ini? akankah kami kuat? akankah semua akan kembali seperti semula?


Aku tidak mengerti dengan semua ini, semua nya berjalan dengan cepat, terasa menyesakkan, kami jalani hari dengan was - was, namun tanpa lupa doa Tuhan selalu menyertai keseharian kami...Penyakit itu kembali datang, kanker yang dulu sudah diangkat dan dianggap sudah mati, kembali nakal dan menyeruak tubuh mami.


Saat itu, Jakarta sedang dilanda banjir besar, sebagian wilayah kota Jakarta tertutup oleh air dan daerah rumah kami memang tidak pernah luput dari banjir itu. Kampung Melayu merupakan sebuah wilayah di Jakarta yang sangat strategis untuk mendapatkan banjir, dan juga kalau kita melihat di headshot depan koran, terpampang lah jelas air kali ciliwung yang terletak di belakang kompleks perumahan kami sudah naik di ketinggian yang cukup berbahaya, sekitar 2 - 3 meter. Rumah - rumah di kompleks bagian depan sudah terendam, Puji Tuhan rumah aku tidak pernah terkena banjir, karena memang lokasi nya lebih tinggi dibanding yang lain. Tapi terus terang banjir juga yang menyelamatkan mami dari ancaman keterlambatan vonis, sekali lagi rencana Tuhan selalu mengejutkan dan selalu tepat pada waktuNya dalam hidup kami.


Hari itu, ketika sekitar 2 hari setelah banjir besar, komplek perumahan kami masih tergenang air cukup tinggi, dan banyak orang - orang saling bahu membahu untuk menolong orang - orang atau kerabat dekat dengan memberikan pertolongan seperti air bersih, makanan, pakaian, dan lain - lain, begitu juga mami. Seperti cerita ku sebelumnya, mami termasuk orang yang sangat perduli pada lingkungan, hari itu mami sedang ikut turun tangan ke tempat temannya, dan satu hal yang mami mau lakukan adalah mami masuk ke air, dimana saat itu air nya mencapai ketinggian pinggang mami.


Kukira ini semua tidak ada apa - apa, yang aneh beberapa hari setelah itu, mami merasakan perutnya kembung dengan air, dan kadang membuat mami sulit makan, karena air itu mendesak ke atas badan, dan menjadikan seperti angin yang harus dikeluarkan, dari situ mami beberapa hari sakit, hanya terlihat seperti seseorang yang masuk angin saja, gejalanya memang persis seperti itu, kalau aku bilang saat itu mami seperti kesambet banjir.


Kami menanggapi semua itu biasa saja, sampai beberapa minggu ternyata kondisi mami tidak membaik, malah menjadi semakin sakit perutnya, tapi sebatas seperti orang masuk angin, melilit, ingin buang air besar, namun tertutup oleh angin di perut. Akhirnya mami memutuskan untuk ke dokter internis dan dibilang itu hanya air saja, kami sekeluarga sepakat hanya berobat dan melakukan pengobatan alternatif ke beberapa Romo yang cukup terkenal, ada seorang Romo saat itu mengatakan hal yang sama seperti itu, kalau mami kesambet banjir, akhirnya di terapi air saja, dan dia mendoakan air itu, mungkin buat aku atau papi minum air satu hari beberapa botol itu hal yang mudah, tapi untuk mami itu hal yang sulit, karena mami memang tidak begitu suka minum, dan kuantiti air yang dia minum memang sedikit, akhirnya mami stop dari pengobatan alternatif itu, dan akhirnya dengan kondisi yang tidak kunjung membaik parah terlihat karena perut mami semakin lama semakin membesar, seperti ada cairan yang memenuhi perutnya keras menakutkan, akhirnya kami memutuskan ke singapura untuk pengobatan yang lebih maju.


Kami hanya menyerahkan semuanya kembali lagi kepada Tuhan, dengan semua kekurangan kami hanya menjalankan saja. Ternyata beberapa hari di Singapura menunjukan hasil, bahwa ternyata ada spot cancer atau titik - titik berupa dot di sekitar paru - paru, mami kembali terkejut, apalagi ini? cobaan apalagi? mengapa tidak ada habisnya? sampai kapan semua ini harus terjadi? pertanyaan itu berkecamuk di dada mami, dan akhirnya untuk pertama kalinya mami dihadapkan dengan kemoterapi yang sebenarnya karena terdiri dari berbagai cycle dan obat yang digunakan menggunakan teknik coba - coba, dimulai dari yang kadar rendah, sampai kadar tinggi.


Kemoterapi merupakan pengobatan untuk kanker, dimana tubuh kita seperti di BOM oleh cairan kimia, prosesnya hanya dimasuki lewat infus, namun dampak dan efeknya benar - benar membuat kondisi tubuh manusia itu menurun jauh, kadang yang membuat penderita kanker itu meninggal atau menyerah adalah karena spirit dan semangat dalam diri menurun jauh, dan kondisi kesehatan akan sangat terpengaruh, namun itu semua tidak berpengaruh untuk mami, mami semangat mengikuti proses kemoterapi, memang untuk saat itu dibatasi hanya 3 cycle saja, dan semuanya berjalan dengan lancar, kemoterapi pertama dilakukan di Singapura, terima kasih Tuhan proses kemoterapi bisa mami jalani dengan baik, tanpa ada sakit dan tidak terasa apa - apa buat mami, tanpa muntah, tidak rontok, dan mami semakin segar.

Oh Tuhan...satu mujizat lagi sangat nyata dihadapan kami, MAMI SURVIVE...

Proses kemoterapi yang suda dijalankan, ternyata tidak hanya membuat spot cancer itu mengecil, ada yang mengecil ada juga yang bandel merajalela, mami terus menjalani kemoterapi itu, dan proses kemoterapi itu dilakukan di Jakarta, disebuah rumah sakit kanker Jakarta, dengan pemikiran, kalau dilakukan di Indonesia, maka kerabat, family bisa menjenguk dan yang paling penting adalah bisa menemani secara bergantian, karena proses kemoterapi hampir memakan waktu 7 - 8 jam, jadi bisa dibilang mami seperti rawat inap. Mami tidak gentar sama sekali menjalani semua itu, perlahan - lahan mulai terlihat kondisi nya sedikit menurun, paling menyedihkan adalah melihat rambutnya untuk pertama kali rontok, mami menangis, mami ketakutan, karena bagi wanita rambut adalah salah satu mahkota yang menggambarkan keutuhan seorang wanita, dan mami harus merelakannya, aku sedih melihatnya menangis, menyalahkan dirinya, menyalahkan keadaan, paling aku ingat ketika sore itu mami menyisir rambutnya, dan perlahan - lahan rambut itu jatuh ke lantai, mami menahan tangis nya, namun akhirnya mami tidak kuasa menahannya, mami menangis sejadi - jadinya, hati ku miris melihat pemandangan seperti itu, tapi aku harus tegar, sumber kekuatan mami itu aku, aku satu - satunya yang bisa membuat harapan hidup mami menjadi nyata, dan mami mau terus hidup untuk aku. Tuhan aku tidak kuat...tapi aku harus kuat untuk mami...

Entahlah apa rasanya menjadi mami, aku tidak memiliki ide sedikitpun, rasanya pasti sangat menyakitkan, tapi disela - sela kesakitan, kesedihan, dan kerterpurukan seperti itu, Tuhan menyisipkan kebahagiaan, tawa, dan canda, yang membuat hari - hari kami menjadi lebih indah, dan kami bahagia menjadi sebuah keluarga yang selalu bersama di dalam badai kehidupan. Terima kasih Tuhan.

Hari itu aku mengantar mami ke salon khusus untuk membeli wig rasanya senang melihat dia memilih wig yang paling cocok dengan mukanya, akhirnya semangat dan tawanya muncul lagi, aku selalu menyisipkan berbagai lelucon untuk meringankan penderitaannya, aku paling senang melihat mami tersenyum, tertawa, terima kasih Tuhan untuk hal itu, aku yakin aku kuat, tidak ada yang akan pernah melihat aku menangis, aku menangis ketika aku sendiri, sering aku benar - benar pergi ketakutan, aku hanya menangis sejadi - jadinya, namun disaat aku kembali hanya ada senyum di bibirku, pilu, sesak rasanya, namun harus kulakukan, aku selalu ingat aku ini sumber semangat mami yang utama.

Hari berganti hari, proses kemoterapi itu tidak kunjung memberikan hasil maksimal, sampai akhirnya mami dan papi menghadiri doa kesembuhan dari Romo Yohanes, tapi apa yang terjadi diluar akal kami, bercak kanker yang terdapat di paru - paru hilang sama sekali, hanya saja sedikit kecil sudah merambat ke usus. Saat itu yang kami rasakan hanyalah sukacita, rasa syukur kami haturkan pada Tuhan, terimakasih Tuhan.

to be continued...

1 komentar:

manizzz mengatakan...

Satu kata yang terluncur setelah baca sharing ini adalah "IMAN YANG LUAR BIASA"

Keluarga yang sempurna, satu sama lain saling menguatkan , baik papi dan dedeh yang juga terus mendamping mami dan mami yang begitu luar biasa walaupun sedang sakit namun pelayanannya sungguh patut diacungkan jempol. Iman kalian sungguh luar biasa.

Berdecak kagum dan tak henti-hentinya mengucap syukur karena diizinkan membaca kesaksian tentang iman yang luar biasa, diantara tetesan air mata dan rasa rindu yang luar biasa terhadap mami tercinta.

Aku seakan-akan melihat iman ayub didalam diri mami dan juga keluarganya, Tuhan terima kasih buat karyaMU melalui keluarga Irene Jane, aku kembali di sadarkan bahwa kekuatan doa, iman dan pelayanan merupakan kekuatan yang luar biasa.

Terima kasih buat iman yang luar biasa yang biasa dibagikan kepadaku.GBU

Love dedehh