HEAVENLY PEACE

HEAVENLY PEACE

Senin, 30 Maret 2009

Bagian kelima - LONG ROAD IS FINISH

Rasa sesak menjejali dadaku...aku terdiam mengikuti arah hatiku berbicara...aku takut Tuhan...sejujurnya aku takut, apa aku bisa mengakhiri semua ini?

Sudah sekitar 2 bulan mami dibebaskan dari proses kemoterapi, alasan dokter adalah untuk istirahat agar badannya kembali pulih, dan bisa melakukan proses kemoterapi selanjutnya, maka dokter pun menganjurkan mami untuk senang - senang, happy - happy, dan hebatnya dengan kondisi serba tidak enak, mami bisa menghadiri resepsi perkawinan dari sepupu, yang waktu itu dilaksanakan di Pekalongan, itulah mami selalu bisa membagi waktu dan dalam keadaan sakit pun bisa mempersiapkan baju yang ingin digunakan dan juga sempat membeli wig baru, aku senang melihat nya tertawa, kumpul - kumpul dengan keluarga, melihatnya semangat, rasanya hilang semua sakitnya, walaupun aku tidak yakin seratus persen rasa sakit itu tidak lagi dirasakannya, namun terima kasih Tuhan Engkau memberikan kesempatan ini untuk mami tertawa, dan mengurangi beban nya meskipun aku tahu hanya sedikit.

Hari itu, aku tidak ingat kapan tepatnya, sekitar bulan juni menjelang ulang tahun ku yang ke 22, keadaan mami sedikit memburuk, sehingga aku tidak merencanakan ulang tahun ku sama sekali, aku hanya berdoa semoga mami cepat sembuh, aku tidak tahu apakah aku cukup egois untuk meminta itu sama Tuhan, tapi hanya itu yang bisa aku lakukan, aku masih membutuhkan mami.


Akhirnya perut mami tidak kunjung mengecil, cairan itu masih terus ada dan semakin banyak, penyedotan tidak banyak membantu, karena ternyata di usus pun sudah terlihat ada spot - spot kanker, makin hari makin terlihat kondisi mami benar - benar menurun, karena untuk makanpun sangat sulit, bawaan nya ingin memuntahkan semuanya, rasanya enek, ga keruan, pengen muntah, itu yang selalu mami ucapkan ketika menelan suatu makanan. Aku semakin tidak tega melihat nya seperti itu, rasanya setiap aku makan makanan enak aku selalu ingat mami tidak bisa memakan makanan tersebut dengan nyaman, pasti rasanya menyakitkan di perut, dan akhirnya keluar.

Pada hari itu, sekitar bulan Juli akhirnya mami memutuskan untuk mengecek lagi keadaan ke Singapura, disana dia harus menjalani kemoterapi lagi, dan proses kemoterapi tersebut sedikit membantu mami untuk bertahan, namun setelah kembali ke Indonesia untuk menjalani proses kemoterapi kedua lagi mami diharuskan untuk menginap sekitar 3-4 hari, disinilah kondisi mami menurun drastis, dari yang ketika pergi ke singapura masih bisa jalan sendiri, makan sendiri, sekarang harus menggunakan selang infus untuk makan, dan makanan yang dia makan secara oral harus dibuang nya melalui pembuangan kateter yang sudah dipasang ketika sampai ke Indonesia, boleh percaya atau tidak sebenarnya ketika di Singapura dokter sudah mengatakan bahwa harapan untuk bertahan itu sudah kecil, maka waktu itu dia menganjurkan untuk berhenti kemoterapi, karena kondisi badan mami sebenarnya sudah tidak bisa menerima obat kimia.

Mami akhirnya dibolehkan pulang ke rumah, dengan syarat harus mencari perawat karena mami harus digantikan setiap beberapa jam sekali, dan juga makanan yang masuk dari oral harus dikeluarkan lewat kateter, mandi, dengan kondisi perut yang membesar, untuk berdiri pun sudah susah, untuk buang air kencing seminggu pertama mami masih bisa melakukannya di kamar mandi, minggu kedua dan ketiga, mami sudah tidak bisa, karena perut nya semakin membesar, setiap aku pulang, aku hanya bisa menemaninya, aku kadang hanya bisa menghiburnya dengan menceritakan hal - hal lucu yang terjadi, dan pasti mami meminta aku untuk memijat bagian belakang tubuhnya, karena sudah lama tiduran mami merasa pegal, setelah itu mami baru bisa tidur, tidak jarang aku menangis ketika memijat mami, karena bagian belakangnya sudah terlihat hitam bercak - bercak, karena penggumpalan darah.

Dari semua ini, satu hal yang paling aku ingat, mami paling suka disemprot mukanya, katanya enak dingin, dan mami selalu tertawa ketika aku melakukan itu, aku ingat di minggu - minggu terakhir mami meminta untuk mencampurkan air semprotan itu dengan minyak wangi, agar mami tidak perlu mandi lagi sudah wangi katanya. Semakin hari kondisi mami semakin menurun, karena tidak ada makanan yang bisa masuk lagi, hanya semua berbentuk cairan, dan itu pun harus dikeluarkan lagi, jadi hanya numpang lewat saja.

Mami sudah beberapa kali mendapat sakramen penguatan atau perminyakan, dan kalau mami ditanya oleh Romo ada yang ingin disampaikan, mami selalu menjawab "aku ingin sembuh, biar bisa ngelewatin ulang tahun ku tinggal sebentar lagi", ya mami ulang tahun tanggal 12 oktober, miris rasanya mendengar itu, semangat hidupnya benar - benar besar, saat itu aku lihat sebuah buku doa yang aku tidak pernah sentuh itu sama sekali, padahal itu ada di kamar ku, aku buka dan ternyata ada doa mujizat, aku tidak tahu apakah itu bisa berhasil atau tidak, aku meminta yang terbaik untuk mami, setiap hari, setiap saat ketika aku bisa.

Tuhan...kanker itu menyebar sangat cepat...

Hari itu, selain keadaan mami yang menurun, kondisi ingatan nya pun mulai menurun, terus terang saat ini adalah masa - maa yang paling sulit untuk aku dan papi, karena kami terus - terusan bergantian menjaga mami, karena satu suster sudah tidak sanggup untuk mengangkat mami untuk duduk, dan hari itu juga terjawab semua karena mami selalu punya kegiatan rutin untuk minum obat, bangun dan memijat bagian belakang, gosok gigi, lap muka, dan kumur - kumur, hari itu juga mami mengulang kegiatan itu sampai berulang - ulang, baru merebahkan diri beberapa menit, mami minta untuk bangun, minta untuk kumur - kumur, sikat gigi, dan lain - lain dan itu berulang ulang, dalam dua hari mami seperti itu, aku hanya bisa menangis dalam hati, aku dan papi bersepakat untuk tidak tidur menjaga mami, karena 1 x 24 jam seperti itu, gusar, dan mengulang kegiatan itu, itu disebabkan karena cairan kanker sudah menjalan dengan cepat.

Sudah...aku sudah merelakan nya...satu yang aku ucapkan dalam doa mujizat ku, Tuhan aku serahkan mami seutuhnya, aku mohon satu hal, jangan ambil mami dalam kondisi seperti ini...

Ternyata beberapa hari sebelumnya, mami sudah memanggil papi, mama ( kaka papi ), dan satu sepupu aku yang tinggal di rumah saat itu, mami mengurutkan semua yang diperlukan untuk mempersiapkan kepergiannya, mami sudah membeli makamnya sendiri di San diego Hills sekitar setahun yang lalu, mami sudah membuat daftar list siapa yang nanti make up, siapa yang nanti mengatur kembang, siapa yang nanti memimpin ibadah, warna peti, gaun yang digunakan ( karena harus dibesarkan, mengingat kondisi perut membesar ), disemayamkan dimana, dekorasi bagaimana, makanan untuk tamu tidak boleh kurang, MC siapa, dan mami selalu mengingatkan kalau di peti nya harus ditaburkan kopi dan teh yang banyak, karena mami takut perutnya meledak dan cairan itu membuat bau, kata mami malu, sedih rasanya seperti disayat harus mempersiapkan semua itu sedangkan mami masih ada di kamar itu, semua aku persiapkan, mama sudah membesarkan gaun pilihan dan juga sudah di dry clean, aku punya tugas untuk memasukan semua baju yang akan dibawa ke peti, tegar, itu kata yang tepat untuk mempersiapkan semua itu, rasa hatiku campur aduk, entahlah, rasanya aku bisa mengingat hari itu seumur hidupku, semua sudah siap, dan aku sudah berencana untuk mengajukan ijin di universitas ku.

Hari itu, tanggal 26 agustus 2008,
Hari itu, mami menunjukan sesuatu hal yang berbeda dari biasanya, rasanya sudah seperti tidak ada sakit sama sekali, kalau ditanya rasanya apa, mami hanya menjawab sakit lehernya kering, mau minum terus, ya sudah semakin dekat itu rasanya dihatiku, entahlah hanya ada perasaan damai di hatiku saat itu, Tuhan memberikan sesuatu mujizat yang luar biasa dalam hidup ku, hari ini mami kembali seperti semula, tidak sakit, bisa duduk dengan mengangkat badan sendiri, rasanya semua nya indah, satu yang aku lihat dari mami, sesuatu yang indah, mami tersenyum dan tertawa sangat lepas hari ini, penuh sukacita, aku, papi, bisa mengobrol dengan mami, dan saat itu aku sadar, itulah yang Tuhan kabulkan mujizat bukan berarti mami sembuh, tapi di akhir hidupnya mami bisa merasakan sukacita yang luar biasa, dimana keluarga berkumpul bersama, hari itu penuh tawa dan canda.

malam hari sekitar jam 11, mami memanggil papi dan aku, dia mau bercerita sambil tertawa bahagia mami menceritakan sebuah kisah, " papi, nik, mami baru aja ketemu Tuhan, Dia dateng waktu mami tidur tadi, Dia mengatakan sesuatu kalau besok adalah hari penentuan mami, ibaratnya hidup mami itu pertandingan, dan besok itu penentuannya, kalau mami sudah bisa menyelesaikan pertandingan itu, mami pergi, tapi kalai dianggap belum menyelesaikannya, mami akan sembuh total " setelah bercerita mami meminta untuk dimandiin paginya, sikat gigi, pokonya mau dipanggil secara bersih total, dan dia mau Tuhan Yesus sendiri yang memanggilnya, karena dua hari sebelum hari ini mami berada di situasi yang sangat tegang, dimana di penglihatan mami setan ada dimana - mana, mau mengambil mami, semua doa - doa yang kami haturkan di kamar bersama - sama tidak ada yang selesai, karena mami pasti marah, pergi, terus mengatakan sumpek sekali kamar ini, terlalu banyak orang, aku dan papi kebingungan, akhirnya besok paginya mami menceritakan bahwa semalam mami sedang perang melawan setan, banyak sekali setannya. sekitar pukul 02.00 dini hari, mami mengatakan ada malaikat datang tapi hanya menoel mami saja, tanda bahwa belum saatnya, begitu juga pagi hari jam 05.00 juga ada kejadian seperti itu.

27 Agustus 2008, pagi - pagi mami meminta beberapa saudara untuk datang, dengan alasan yang aneh sebenarnya, namun saudara datang, juga beberapa teman untuk datang, waktu itu teman yang mami panggil adalah Reny Ateng, istri dari Ateng si pelawak itu, merupakan teman baik mami, waktu itu mereka mengobrol, dan juga tante reny mengajak mami untuk menyanyikan sebuah lagu, Kasih dari Surga...itu lagunya, dan mami menyanyikan itu dengan sukacita. Hari itu saudara - saudara dekat sudah dengan sendirinya berkumpul, aku disuruh mami tidur, karena memang aku tidak tidur selama 3 hari berturut - turut, dan aku bangun karena ada teman dan saudara - saudara datang, waktu itu sekitar pukul 11.oo tiba - tiba tekanan darah mami menurun drastis, dan mami megap - megap, mata sudah naik, dan sulit sekali bernapas, karena cairan itu sudah naik ke tenggorokan. sekitar 2 jam prosesnya mami seperti orang koma.

tekanan darah 40...20...10...5...0...selamat jalan mami...

aku satu - satu nya orang yang ada disampingnya memegang tangannya ketika mami pergi, mami pergi dalam damai, mukanya berseri -seri, tenang sekali, lantas aku mengecupnya dengan sukacita untuk terakhir kalinya, begitu juga papi, dan mendoakan bapa kami, salam maria, kemuliaan agar jalannya mulus bertemu dengan Bapa. Satu hal yang aku yakin saat itu, mami bahagia karena Tuhan Yesus sendiri yang menjemputnya...

Disini aku menyadari, bahwa proses kematian bukanlah hal yang harus ditakuti, karena apabila semua sudah di siapkan, pasti akan berjalan lancar dan penuh suka cita...semua berjalan sesuai rencana hari itu, 2 hari mami disemayamkan di dharmais, dan dimakamkan di San Diego, tempat yang mami pilih sendiri untuk peristirahatan terakhirnya....

mintalah maka Kau akan Kuberi...itu janji Tuhan...AMIN...

9 komentar:

Anonim mengatakan...

Lee, bisa seperti itu ...? Melepasnya dengan suka cita, tanpa tangis Lee bilang .. bahkan baca sharing-mu pun tak kan kuasa menahan butir-butir air keluar dari biji mata.. Akhir pertandingan yang begitu sempurna .. Masih takut neh untuk kehilangan seseorang. Meski satu hal yang pasti dalam hidup adalah kematian .. dan akan ada kebangkitan dan kehidupan kekal setelah kematian.Terima kasih telah berbagi kehidupan yang LUAR BIASA.. Wonderful, magnificent God!!

manizzz mengatakan...

"Wow....Luar Biasa...Bravo...Great"

Menerima sukacita kita begitu mudah sekali, namun menerima dukacita adalah hal yang paling amat sangat sulit untuk dijalankan. Tidak ada kata menyerah, namun terus berjalan didalamNYA itu yang dilakukan oleh mami dedehh, sungguh luar biasa, kekuatan hati papi dedehh dan dedehh sendiri patut dijatuhkan contoh bahwa didalam DIA tidak ada yang mustahil dan hanya didalam DIA akan ada "suka cita" yang sesungguh-nya.

Mami dedehh mungkin aku belum pernah bertemu denganmu, namun betapa beruntungnya keluargamu yang mempunyai dirimu dan betapa Tuhan sangat mencintai dirimu, terima kasih buat karya imanMU, kini kau bahagia bersamaNYA disana.

Papi dedehh, terima kasih buat ketulusan cinta sebagai suami dan ayah disaat ditimpa dengan segala persoalan yang begitu berat namun kehadiranmu selalu ada dan menguatkan buat mami dedehh dan dedehh, sungguh beruntung aku bisa mengenalmu.

Dedehh, sebagai anak kau sungguh luar biasa kau mencintai ke dua orang tuamu dengan cinta dan kasih yang tulus dan murni, kau dampingi mamimu dengan cinta dan kau serahkan dia kembali kepada pencintaNYA dengan cinta pula.

Kemaatian bukanlah seuatu yang harus ditangisi atau ditakutkan, itulah yang aku petik dari sharing ini, sungguh menjadi pengalaman pribadi yang menguatkan. Terima kasih untuk mami dedehh, papi dedehh dan dedehh. GBU

Love dedehh

Natalie say.... mengatakan...

Natalie berkata.....Cerita itu menunjukkan kesedihan,kedewasaan,keikhlasan dan masih banyak arti. Semua perjalanan hidup yang Jane lalui akhirya mendewasakan kamu, kalau dibalik saya ada diposisi kamu,mungkin saya tidak bisa setegar kamu. Menerima dengan kerelaan yang begitu tinggi karena tidak sanggup melihat penderitaan mami (almarhum) kamu. Saya jadi dapat pembelajaran bahwa menerima arti "kematian" itu bisa dengan cara yang indah tergantung dari sudut mana kita mengambilnya.
Bravo Jane, good luck. GBU

Anonim mengatakan...

wooo berkaca-kaca gw baca ny, jadi inget yg pas mami ta2 tau2 minta suru ambilin kertas ma bolpen, trus mulai pesan ini itu..
yg pasti skr mami udh tenang, udah damai, udah ga ngerasain sakit ini itu..
skr tinggal lu ma papih hidup bahagia, jaga in papih, ntar kasi cucu jg biar papih jd engkong n ada temen maen hehe

Anonim mengatakan...

Dd..
cc tau semua yang dialami dd tidaklah mudah utk bisa dialami oleh cc sekalipun..mungkin juga cc gk bisa sekuat dd utk hal ini..
cc tau.. dd punya iman yang kuat yang ada di diri dd utk menghadapi cobaan apapun..
cc tau...apa yang diharapkan dari Mami utk dd juga..dan cc percaya bahwa dd bisa meneruskan apa yang diinginkan dan diharapkan dari mami untuk dd...
Cc tau.. dd harus terus berusaha utk hidup dd dan sebenarnya Long road is finish, but the new chapter will begin... and its up to dd to fill it with your own faith and belief...

Love you so much dd..

Alexandria L.R. mengatakan...

Terkadang mengharapkan sesuatu yang mustahil...ternyata dikabulkan-Nya. Tidak mengharapkan ternyata diberi-Nya.Misteri Ilahi tidak dapat diterima akal budi sebaik apapun manusianya. Pelajaran hidup yang berharga salah satunya memang belajar bagaimana kematian itu. Manusia itu tidak pernah berhenti belajar, dari mulai 0 hingga ke titik 0 lagi,dari lahir hingga mati tetap kita harus belajar. Itulah hidup yang sesungguhnya. Jadi Jane...belajarlah terus.Tidak ada kata sesal tuk pelajaran yang telah lewat, justru dari pelajaran yang telah lewat itu kita bisa menjadi pribadi yang seperti sekarang ini...yaitu menghargai kematian karena mencintai hidup.BRAVO

Henrika mengatakan...

With tears drop on my face...I'm so proud of you De.

Luar Biasa....DD beruntung bisa mengalami ini semua. Dan KK yakin ini membuat DD lebih kuat daripada orang lain. Semua yg ada di dunia ini cuman titipan. Kebahagian kita di dunia juga cuman titipan dari Tuhan...sewaktu2 dia akan mengambilnya dari kita. So...just leave it our heart to God...serahkan semuanya kepadaNYA. Dia tau yang paling baik buat kita. Your Mom juga bahagia banget krn skg sudah bisa lebih dulu ada di kerajaan Allah.

I love u so much De.

Anonim mengatakan...

Kehilangan,
Ya kehilangan....aku pernah mengalami hal ini, tp aku melihat ketegaran utuh dalam setiap kalimat yg kamu buat d, kamu sanggup dan ikhlas penuh menerima ini semua dengan iman kepada Kristus.

Nga nyangka, kalo kamu bisa menulis sperti ini. Aku kehilangan namun aku nga kuat utk menuliskan itu dalam sebuah kisah tertulis.

Karena airmata tak mampu dibendung, setiap kalimat yg aku baca, aku merasakan kesedihan kamu saat itu.

Dan aku bisa mengerti ketika melewati maut, mami mampu berperang....sungguh aman didalam Kristus !

DD harus tetap kuat, tetap berdoa, yakini God is good all the time....

do all things with love, luv you...
GBU dear :-*

-Merry-

Anonim mengatakan...

Luar biasa, apa yg km lalui begitu berat, tp km menghadapinya dgn tegar, benar... ikhlas, kunci dari sebuah ujian... dan satu yg pasti adlh kematian... tth sgt salut dgn ketegaranmu, kini mamimu sdh bahagia di syurga... Proud of you dek, love you❤🤗😘😘