HEAVENLY PEACE

HEAVENLY PEACE

Minggu, 29 Maret 2009

Bagian Pertama - Perfect family

Hidup ku sangat sempurna, dengan semua yang Tuhan berikan dari aku lahir sampai saat ini, aku tidak perlu meminta, semua sudah Tuhan sediakan untukku...

Aku lahir di keluarga kecil bahagia, tidak ada pertengkaran, tidak ada kebencian, hanya sebuah keluarga kecil sederhana dengan tawa yang selalu menghiasi hari - hari kami di rumah, saling support, saling share, ya bisa dibilang aku lahir di keluarga yang sempurna tanpa cacat sedikitpun, mami seorang ibu rumah tangga yang baik dalam segala hal, papi seorang karyawan yang bertanggung jawab, dan sangat ideal untuk dibilang kepala keluarga, kami menganut Yesus kristus, dan semua nya kami serahkan kepada Dia . Meskipun aku dilahirkan di keluarga kecil, tanpa kakak dan adik, aku bahagia karena relasi papi dan mami dengan kerabat dekat maupun jauh sangat baik.Ya, semua itu indah.

Tapi kesempurnaan itu tidak lah mudah, Tuhan mengubah semua kegembiraan kami dengan sekejap mata, mami dimana seorang ibu yang sangat mencintai keluarga, yang selalu bisa diandalkan untuk dan dalam segala hal, dan sangat aktif dalam setiap kegiatan rohani harus mengidap sebuah penyakit yang saat itu atau sekarang ini pun dibilang GANAS, ya..Tumor payudara, itulah pertama aku merasakan hidupku akan berubah, dengan melihat mami di vonis Tumor payudara, aku pertama kali melihat mami yang begitu kuatnya menjadi lemah tidak berdaya, pertama kalinya aku melihat mami yang biasanya hanya menangis karena aku nakal, atau hanya karena aku tidak menurut, tapi waktu itu, bisa dibilang DIA JATUH. berbagai kesedihan, umpatan, penyesalan, dan tangisan mulai mewarnai hari - hari kami, saat itu aku sering sekali melihat mami duduk sendiri dan menangis meratapi sakitnya.

Waktu itu aku masih kelas 3SD, dimana saat itu aku hanyalah seorang bocah yang butuh kasih sayang dari orang tuanya, seorang anak yang masih lugu untuk mengetahui bahwa ibunya terkena penyakit mematikan, saat itu juga merupakan saat pertama aku harus jauh dari orang tua. Papi memutuskan untuk membawa mami ke Belanda, dengan berbagai macam resiko dan juga pemikiran kacau balau yang hanya bisa kami sekeluarga bawa kedalam doa, saat itu juga lah aku baru menyadari doa bukan lah sebuah tanggung jawab, tapi doa hanyalah sebuah ungkapan bahwa kita membutuhkan Dia. Setiap hari aku berdoa untuknya, berdoa untuk kesembuhannya, berharap mami bisa kuat, dan sembuh, dan bisa kembali ke Indonesia secepatnya, karena jauh dilubuk hatiku, aku sangat membutuhkan nya.

Setelah itu, mami mulai diperiksa disana, muncul harapan untuk sembuh, namun pada saat yang bersamaan muncul pula ketakutan terbesar sebagai seorang wanita, karena hanya ada satu jalan untuk membiarkan penyakit itu tidak menjalar, yaitu mengangkat habis sumber nya, dan itu adalah payudara kanan mami. Tidak bisa dibayangkan betapa miris nya hati mami saat itu, belum selesai dengan vonis, mami harus menghadapi operasi dimana itu adalah pengangkatan sebuah organ tubuh yang sangat dibanggakan dan spesial buat seorang wanita. Tapi mami bukanlah orang yang memikirkan dirinya sendiri, disaat sakit seperti itu mami lebih memikirkan papi dan aku, yang ada di kepalanya saat itu " aku harus sembuh " maka operasi itupun dilakukan, dan puji Tuhan semua berjalan dengan lancar, dan Tuhan sangat melindungi mami.

Setelah mami pulang dari Belanda, aku merasa sedikit lebih hidup kembali, karena keluargaku kembali seperti semula, ada mami kembali kerumah dengan kondisi sangat memuaskan, hanya rasa sakit pasca operasi yang tidak dapat dielakan, karena memang sangat sakit, ditambah mami yang sebenarnya sedikit banyak belum bisa menerima secara penuh kondisi nya saat itu tanpa payudara kanan, namun satu yang aku salutkan saat itu, itu lah mami, dia menangis tapi dia selalu bangkit lagi, dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia akan baik - baik saja, karena mami punya papi, dan punya aku.

Seperti yang aku dan papi ketahui, mami bukan lah seseorang yang tidak perduli dengan kesehatan, mami itu seseorang yang sangat care dengan kesehatan, kesehatan pribadi, papi, dan juga aku, ga pernah lupa mami kontrol setiap bulan, cek kesehatan, dan lain - lain. Tapi itulah hidup, sehebat apapun kita menjaga diri, jika Tuhan memberikan cobaan, maka terjadilah menurut kehendakNya.

Aku tidak tahu dengan pasti, yang pasti saat itu mungkin banyak yang aku lewatkan, karena terus terang aku belum mengerti apa - apa, yang aku tahu hanya mami sakit, aku berdoa, dan aku yakin mami sembuh, dan Tuhan memberikan mujizat nya untuk pertama kali dalam hidup mami sangat nyata, MAMI SEMBUH...

Disini aku sadar, keluarga yang sempurna bukanlah keluarga yang hanya terlihat bahagia, terlihat rukun, terlihat baik - baik saja, namun ketika Tuhan memberikan cobaan hidup, kita bisa jatuh sama - sama, menguatkan sama - sama, dan bangkit bersama - sama.

to be continued...

2 komentar:

manizzz mengatakan...

Kesempurnaan....adalah kata-kata yang begitu indah untuk aku raih karena memiliki keluarga yang sempurna tidaklah mungkin, dan bayangkanku selama ini bahwa keluarga yang sempurna adalah keluarga selalu dipenuhi oleh hal-hal yang begitu indah dan menyenangkan, namun teryata melalui sharing ini aku menjadi belajar bahwa kesempurnaan yang total bukan hanya saat kita meraih kebahagiaan saja tetapi saat dimana satu sama lain saling membutuhkan dan saling menguatkan sehingga kata kesempurnaan menjadi begitu indah sekali dan bagaimana air digurun sahara.

"Ketika kubaca sharing ini, hatiku tergugah betapa piciknya diriku selama ini, Tuhan begitu mencintaiku dan memberikan aku orang tua yang mencintai aku dengan caranya,Terima kasih Tuhan aku boleh dipertemukan dan diperkenalkan dengan malaikatMU, thx dedeh atas sharingmu,GOD Bless U"

Love dedeh

Anonim mengatakan...

Luar biasa.... ❤🤗🥰🥰